Tengah malam tadi dia kubunuh

Lagi rada dangdut...
Koleksi puisi lama, saat pameran Foto-Puisi "Rasa-Mata-Kata" bareng sahabat-sahabat terbaik di Klub Foto
IndoNikon, tanggal 18 s/d 20 Maret 2004 lalu di Gedung Galeri Dua-8, Kemang Utara Jakarta.

Puisi ini dibuat saat seorang teman digosipkan putus sama ceweknya. Asli! Mulanya cuma iseng banget, ngeledekin ni anak di milis (sori Mpal!). Eh saat mau pameran, kok ya lucu juga nih kalo ada foto yang bisa mevisualisasi puisi ini. Dan...
Inti cerita puisi ini bukan soal kecengengan. Tapi soal kejujuran dan meletakkan masa lalu jauh di belakang dan bangkit untuk kembali menjalani kehidupan.
Kadang kita memang menjadi munafik. Berusaha tegar, tampil okeh, dll tapi di dalam sedang ada "sesuatu yang terganggu". Demikian juga saat kita "nggak bisa nerusin hubungan sama seseorang", biasanya kita bilang, "Oke, kita bakal terus jadi teman kan?" Come on! Jadi teman?!!! Meski nggak butuh recovery time, tapi nggak usah juga lah tiba-tiba jadi teman gitu. Memangnya artinya teman begitu sederhana: Gue ok, elo ok, kita bertemu muka saling menyapa, tetap tersenyum??? Ya ampun! sama boss atau dosen dulu kita juga gitu kok, tapi apa kita berteman sama mereka. Ok, sama sebagian kecil dari mereka kita memang berteman (baik), tapi nggak semua kan?
Teman kan punya makna lebih dari itu. Teman adalah orang yang kita andalkan untuk saling membantu, teman adalah teman saat kita tertawa dan juga "terjatuh", teman adalah.....
Bisa aja sih kita jalanin hal ini bareng ex kita, tapi kok kesannya jadi HTI (Hubungan Tanpa Ikatan) ya? Atau saat kita bilang, "Let's be a friend of mine", artinya emamng mari kita jadi pasangan HTI??? :D

Apapun itu, nikmati aja deh.....


Sudahlah!

Tengah malam tadi dia kubunuh
Dengan belati kutikam tepat di jantungnya
Kusayat pelan kulit mulusnya

Pagi tadi, aku terjaga
Ku basuh perlahan sisa darah di tangan
Air mengalir seiring beban lepas di dada

Tengah malam tadi, telah kubunuh cintaku padamu…

(Februari, 2004)