Heran nggak siiih???
Lucu nggak?
Awalnya cerpen kemudian ceritanya di adopsi menjadi film, dari film tadi kemudian dibuat novel.
Satu karya sastra (cerpen) kemudian diterbitkan ulang sebagai karya satra lainnya (novel) oleh penulis yang berbeda dan penerbit yang sama. Duuhh mestikah?
Ok… ok… terdapat perubahan alur cerita saat cerpen tersebut diadopsi ke film, dan saat ditulis ulang kembali dalam bentuk novel. Tapi masak sampe segitunya sih…
Jika film itu berusaha mengisi relung-relung kosong yang tak mampu diisi oleh sebuah karya sastra (dalam hal ini cerpen), lalu kemudian ternyata relung-relung kosong itu kembali dikosongkan dengan menuliskan kembali dalam bentuk karya satra lainnya (novel). Duuuhhh…..
Heran nih…
Hhhmmm… mungkin trik pemasaran aja yah? Entah lah…


0 Comments:
Posting Komentar
<< Home