alur komando
Serem yah judulnya? :D Tapi memang kadang harus gue akui, gue masih cukup salut dengan alur komando di militer. Jangan salah gue kagak suka militeristik, gue juga kagak pernah bergaya "army look" atau semacam itu. Dan kecuali "Platoon", "Band of Brothers" dan berbagai film perang yang tidak menonjolkan perang, gue kagak suka sama film perang. Apalgi kalo melibat si Sly or Arnie gubernur California itu. Rambo dan semacam itu lah...
Salah satu pengamatan saya seperti ini...
Menarik jika memperhatikan bagaimana alur komando dan tanggung jawab di militer pada umumnya. Bukan,bukan soal fisik atau kekerasannya. Hanya soal bagaimana perintah mengalir dengan begitu sederhana, dan dijalankan dengan penuh disiplin.
Seorang komandan divisi atau brigade hanya cukup berkata dengan sederhana kepada seorang komandan batalyon, "Saya ingin batalyon kamu menjaga garis pertahanan di zona ini" sambil menunjuk peta. Dan sang komandan batalyon cukup "meminta" para komandan kompinya untuk menempatkan personelnya di sepanjang garis sesuai dengan fungsi dan kekuatan mereka masing-masing.
Apakah sang komandan batalyon atau komandan kompi atau komanadan peleton atau komandan regu atau bahkan seorang prajurit dua bertanya sama komandannya, "Mengapa harus di situ? Mengapa saya? Mengapa itu... mengapa ini... mengapa lainnya...
Tidak! Mereka hanya berkata ringan, "Siap!" dan mereka balik kanan kembali ke pasukannya dan menjalankan perintah. Improvisasi? Ide? dll Tetap ada, karena mereka terlatih untuk berimprovisasi dalam menjalankan perintah.
Organisasi militer juga tanpa sengaja mengajarkan satu hal, Kekalahan lebih sering dialami daripada kemenangan. Dan kekalahan terjadi karena hanya karena satu pilar kunci kemenangan telah gagal menjalankan fungsinya. Menariknya dalam militer, kegagalan satu fungsi harus ditebus oleh nyawa sebagian personel unitnya, bahkan unit-unit yang lain yang berada di seluruh area tempur tersebut. Begitu fatalnya, sehingga membuat seorang prajurit rendahan ngeri untuk main-main. Yah masih ada sih yang main-main, malah jadi sok jagoan terhadap orang sipil.
Jika sering kalah daripada menang, mengapa kita bertempur. Kadang jawabnya adalah karena perintah. Tapi mungkin juga karena Kehormatan dan Kejayaan.
Kesimpulan:
1. Kita (misal dimiliter para perwira dan prajurit) adalah manusia yang mampu berbuat kesalahan, dan kesalahan kerap berakibat fatal. Maka latihlah diri kita untuk berhenti berbuat kesalahan!
2. Bukan soal hasil yang akan kita peroleh yang penting, tapi proses bagaimana menjalankan fungsi kita untuk menimalkan kegagalan dan meningkatkan keberhasilan.
Hehehehehe....
Sekedar pengamatan....
Salah satu pengamatan saya seperti ini...
Menarik jika memperhatikan bagaimana alur komando dan tanggung jawab di militer pada umumnya. Bukan,bukan soal fisik atau kekerasannya. Hanya soal bagaimana perintah mengalir dengan begitu sederhana, dan dijalankan dengan penuh disiplin.
Seorang komandan divisi atau brigade hanya cukup berkata dengan sederhana kepada seorang komandan batalyon, "Saya ingin batalyon kamu menjaga garis pertahanan di zona ini" sambil menunjuk peta. Dan sang komandan batalyon cukup "meminta" para komandan kompinya untuk menempatkan personelnya di sepanjang garis sesuai dengan fungsi dan kekuatan mereka masing-masing.
Apakah sang komandan batalyon atau komandan kompi atau komanadan peleton atau komandan regu atau bahkan seorang prajurit dua bertanya sama komandannya, "Mengapa harus di situ? Mengapa saya? Mengapa itu... mengapa ini... mengapa lainnya...
Tidak! Mereka hanya berkata ringan, "Siap!" dan mereka balik kanan kembali ke pasukannya dan menjalankan perintah. Improvisasi? Ide? dll Tetap ada, karena mereka terlatih untuk berimprovisasi dalam menjalankan perintah.
Organisasi militer juga tanpa sengaja mengajarkan satu hal, Kekalahan lebih sering dialami daripada kemenangan. Dan kekalahan terjadi karena hanya karena satu pilar kunci kemenangan telah gagal menjalankan fungsinya. Menariknya dalam militer, kegagalan satu fungsi harus ditebus oleh nyawa sebagian personel unitnya, bahkan unit-unit yang lain yang berada di seluruh area tempur tersebut. Begitu fatalnya, sehingga membuat seorang prajurit rendahan ngeri untuk main-main. Yah masih ada sih yang main-main, malah jadi sok jagoan terhadap orang sipil.
Jika sering kalah daripada menang, mengapa kita bertempur. Kadang jawabnya adalah karena perintah. Tapi mungkin juga karena Kehormatan dan Kejayaan.
Kesimpulan:
1. Kita (misal dimiliter para perwira dan prajurit) adalah manusia yang mampu berbuat kesalahan, dan kesalahan kerap berakibat fatal. Maka latihlah diri kita untuk berhenti berbuat kesalahan!
2. Bukan soal hasil yang akan kita peroleh yang penting, tapi proses bagaimana menjalankan fungsi kita untuk menimalkan kegagalan dan meningkatkan keberhasilan.
Hehehehehe....
Sekedar pengamatan....


0 Comments:
Posting Komentar
<< Home