:: coretan seorang ayah yang bodoh ::

30 Januari 2005

Mengapa Rubah Petapa?

Mengapa tidak?!!! Ada yang salah gitu? hehehehe...
Bermula dari alamat email yang saya gunakan untuk subscribe di sebuah mailing list. Tanya itu lalu kerap datang menyambangi saya. Biasanya mah saya cuman nyengir kuda sebagai balas atas tanya iseng di atas. By the way, kenapa mesti menggunakan istilah "nyengir kuda"? Bukan nyengir kelinci atau nyengir ayam atau nyengir kambing atau kenapa bukan nyengir simpul aja sekalian ? Sudahlah....

Lanjut lagi...
Setelah sekian lama masyarakat (???) mendesak saya mengungkap alasan dibalik nick name yang lambat laun makin ngetop ajah ini (suit... suit...), yah.... boleh deh saya kasih tauk ke kalian-kalian ini.

Dulu, waktu usia saya masih kira-kira 9-10 tahunan gitu, pernah baca satu komik tentang seorang pemburu dan seekor rubah. Jalan ceritanya gimana saya udah lupa, tapi deskripsi si penulis tentang hewan kecil, rubah, membuat saya jadi ngefans sama yang namanya rubah ini. Konon lagi, dulu sering liat stiker (gambar tempel?)yang berlogo muka rubah dan ada tulisan, "Black Fox, No Fear".

Kecil? Iya, memang tidak sekecil semut atau tikus tapi ukuran hewan pemangsa yang termasuk keluarga anjing ini rubah termasuk imut.

Rubah termasuk hewan yang pemalu, mudah gugup, tertutup, cenderung pendiam, penyendiri dan selalu menghindari untuk terlihat di khlayak ramai. Rubah tidak seperti kebanyakan kelompok anjing yang suka mengonggong, mereka hanya mengeluarkan suara lolongan lirih yang kadang mirip seperti nyanyian atau suara tertawa terkekeh-kekeh.

Meski pemalu dan cenderung hewan penyendiri, rubah tetap hewan yang kuat bertarung dan menggunakan kecerdikannya dalam berburu mangsa.

Lalu mengapa dengan petapa? Kata apa pula ini. Well... ini salah ketik. Saya bermaksud menulis kata "pertapa" yang berarti manusia yang melakukan pengasingan, senang menyendiri, biasanya untuk semadi, di tempat sunyi dan jauh dari kebisingan dunia.

Mau nanya kan, kenapa saya mengindetifikasikan diri sebagai seekor rubah yang juga pertapa?

Tadi mau nulis "Wise Fox", tapi kok kesannya gak bijaksana jika mengaku sebagai makhluk yang bijaksana ya?

Yah saya senang menyendiri dan selalu panik dan keluar keringet dingin di tengah keramaian, setidaknya hingga tahun-tahun saya di sekolahan dulu. Dan saya senang berpikir berlama-lama, meski saya bukan manusia yang punya otak sakti untuk jadi filsuf.

Apapun julukan yang saya atau kalian--sahabat-sahabat saya--berikan kepada saya, saya tetap seorang manusia yang sedang berjalan di sebuah perjalanan panjang yang bernama kehidupan. Dan di ujung jalan saya akan membalikan badan, memandang jalan yang telah saya lalui. Mencari tahu apakah saya telah melakukan sesuatu untuk memberi makna pada diri saya dan lingkungan yang saya lewati.

24 Januari 2005

Obat Nyamuk


Gerakan Obat Nyamuk adalah satu gerakan untuk berbuat kebaikkan dan menghindari berbuat keburukan yang dimulai dari diri sendiri.

13 Januari 2005

Dan satu hari lagi berlalu...


Pada satu masa, gue pernah mempercayai hal-hal di bawah ini...

Bila ada cahaya dalam jiwa, maka akan hadir kecantikan dalam diri seseorang. Bila ada kecantikan dalam diri seseorang, akan hadir keharmonisan dalam rumah tangga. Bila ada keharmonisan dalam rumah tangga, akan hadir ketertiban dalam negara. Dan bila ada ketertiban dalam negara, akan hadir kedamaian di dunia. (Pepatah Cina)

Pahlawan hanya mati sekali, dan akan terus dikenang. Sedangkan pecundang “mati” berkali-kali, tanpa sekalipun dikenang.
Seorang pecundang akan terus kalah (mati) dalam hidupnya, Bahkan ketika hidup (kemenangan) tiada lagi berarti bagi dirinya. Keberadaannya tidak lagi menjadi sebuah elemen yag terasa ada bagi Lingkungan sekitarnya.
Seorang pahlawan akan terus hidup bagi lingkungannya.
Kewajiban kita bukan untuk bermimpi menjadi pahlawan, hanya memenuhi kodrat kita sebagai manusia untuk menjadi elemen yang bermakna bagi lingkungan. Berusaha secara optimal untuk menghadapi dan menciptakan PERUBAHAN serta KEMAJUAN bagi pribadi dan komunitas kita. Saat kita menyerah, maka kita adalah seorang PECUNDANG. (Seorang Sahabat)

Seorang lain pernah secara lugas berkata, “Pecundang itu adalah orang yang kalah, dan manusia yang hanya ingin menjadi biasa-biasa saja adalah calon pecundang” (Sadis!)

Sering kali kesuksesan malah menjadi bumerang. Saat terasa sukses telah berhasil digengam, maka seketika RASA PUAS melekat erat di hati, serta perlahan mengerogoti kewaspadaan manusia. Saat rasa puas telah menjadi virus di hati, maka penyakit sombong dan malas mulai membunuh jiwa. Peluang, kemajuan (progress), dan juga sukses baru menjadi tidak berarti. Tanpa pernah disadari Rasa Puas justru menjadi awal dari kejatuhan dari sukses yang pernah diraih. (Diinspirasi dari Tulisan Kolom Gede Pramana)